Tokoh agama menjadi garda terdepan dalam melawan penyebaran paham atau ideologi berbahaya, yakni radikalisme di tengah masyarakat, sehingga tidak sampai terjadi perpecahan yang akan merusak nilai persatuan dan kesatuan Indonesia.
Apabila paham radikalisme tersebut terus berlangsung di Tanah Air, maka tentunya akan sangat membahayakan banyak pihak, termasuk masyarakat sendiri dan juga kondisi stabilitas negara. Sehingga peranan para tokoh agama sebagai garda terdepan menjadi sangat penting.
Karena tanpa ada peranan dari tokoh agama sebagai garda terdepan di tengah masyarakat, maka tentunya kondisi kehidupan antar warga negara di Indonesia menjadi kacau lantaran tidak ada pihak yang mampu menjadi contoh atau teladan baik.
Mengenai pentingnya peranan para tokoh agama untuk membantu masyarakat menangkal serta melawan penyebaran paham radikalisme agar tidak terus berkembang, Wakil Ketua Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Fathan Subchi menilai jika peran serta dari para tokoh agama mengalami pengoptimalan.
Utamanya dalam memberikan informasi lebih awal terkait berbagai ajaran yang berpotensi menyesatkan dan bisa membuat sikap radikal terwujud, maka sangat membantu negara.
Bagaimana tidak, pasalnya apabila para tokoh agama memiliki peran untuk bisa mendeteksi secara sedini mungkin atas adanya potensi pihak tertentu yang menyebarkan paham radikalisme, mereka kemudian menyampaikannya kepada masyarakat sehingga warga meningkatkan kewaspadaannya.
Terlebih, adanya sikap yang radikal dan ekstrem tersebut ternyata sangat membahayakan bagi berjalannya negara serta pemerintahan di Indonesia karena dengan sikap demikian terus memicu orang untuk saling membenci bahkan menyakiti satu sama lain.
Untuk itu, peranan dari para tokoh agama termasuk pengasuh pondok pesantren (ponpes) hingga para penceramah menjadi sangat penting di tengah masyarakat dalam hal menjadi patokan bagi warga untuk membedakan dan memberikan pemahaman akan mana saja ajaran yang sesat atau mana ajaran yang benar.
Sementara itu, Asisten Kapolri Bidang Sumber Daya Manusia (As SDM Kapolri), Inspektur Jenderal Polisi (Irjen Pol) Dedi Prasetyo mengungkapkan bahwa terorisme biasanya berlangsung baik oleh perseorangan ataupun secara berkelompok untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan kekerasan serta menebarkan teror.
Sedangkan untuk motifnya sendiri bisa dari banyak hal seperti perihal agama, ideologi, memperjuangkan kemerdekaan, membebaskan diri dari ketidakadilan dan adanya kepentingan tertentu lainnya.
Membahas apa tujuan dari aksi terorisme bisa terjadi, yang mana awal mulanya merupakan paham radikalisme, biasanya mereka kebanyakan akan menciptakan ketakutan dan teror, serta bisa juga bertujuan untuk melakukan kekerasan.
Maka dari itu, langkah terbaik yang para tokoh agama bisa ambil adalah, sebagai garda terdepan yang seringkali bersinggungan secara langsung dengan masyarakat, mereka bisa terus menyebarkan hal-hal yang bersifat moderat sehingga warga pun terdidik untuk bisa bersama melawan radikalisme di Indonesia.