Pembangunan infrastruktur digital yang juga menjangkau seluruh pelosok negeri yang dilakukan melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kominfo menjadi salah satu landasan dalam upaya mewujudkan pemerataan akses internet.
Pembangunan infrastruktur telekomunikasi mendapatkan momentum lantaran pandemi Covid-19 merebak. Pembatasan tatap muka yang dilakukan ketika itu mendorong pemanfaatan teknologi informasi. Presiden Joko Widodo bahkan ketika itu memerintahkan untuk mempercepat transformasi digital nasional.
Melalui kontribusi universal service obligation (USO), BAKTI Kominfo membangun BTS pada 1.667 lokasi di wilayah 3T. Selain itu, BAKTI Kominfo juga membangun BTS 4G pada 5.618 lokasi menggunakan bauran pembiayaan.
BAKTI Kominfo juga menjamin penyediaan layanan internet bagi masyarakat menggunakan berbagai teknologi, termasuk serat optik, radio link, very-small-aperture terminal (VSAT), dan WiFi. Lembaga ini juga telah membangun jaringan serat optik sepanjang 12.229 kilometer. Selain itu, BAKTI Kominfo mengembangkan High-Throughput Satellite (HTS) dengan kapasitas 150 Gbps, yang dikenal sebagai Satelit Republik Indonesia-1 (SATRIA-1). Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet (APJII) mencatatkan penetrasi internet di Indonesia mencapai 79,5% dari total popilasi pada 2024 atau naik 1,31 basis poin dibandingkan pada 2023 yang mencapai 78,19%.
Transformasi digital telah membawa dampak positif berupa peningkatan akses dan konektivitas bagi masyarakat Indonesia. Internet dan teknologi digital kini memungkinkan akses yang lebih luas terhadap informasi, layanan, dan peluang yang sebelumnya sulit dijangkau. Hal ini membuka jalan bagi kemajuan di bidang ekonomi, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.
Peluang pemberdayaan ekonomi masyarakat juga terbuka lebar melalui transformasi digital. Platform digital seperti e-commerce dan marketplace memungkinkan pelaku usaha kecil dan menengah untuk memperluas jangkauan pemasaran produk mereka dengan lebih efisien. Teknologi fintech turut berperan dalam menyediakan akses layanan keuangan yang lebih inklusif dan mudah dijangkau oleh masyarakat.
Internet juga membuka jendela informasi global bagi penduduk desa, karena memungkinkan untuk memperluas wawasan dan mengikuti perkembangan terkini di berbagai bidang. Dengan adanya internet, pelajar di desa dapat mengakses sumber belajar online, kursus daring, dan pendidikan jarak jauh, meningkatkan kualitas pendidikan.
Internet juga memfasilitasi pemasaran produk lokal ke pasar yang lebih luas, menciptakan peluang ekonomi baru dan mendorong perkembangan ekonomi desa. Selain itu, akses cepat ke informasi kesehatan dan konsultasi medis online meningkatkan kesadaran dan pelayanan kesehatan di daerah terpencil.
Meskipun membawa banyak manfaat, internet juga menghadirkan beberapa tantangan. Akses internet yang tidak merata dapat menciptakan kesenjangan digital antar wilayah, mengurangi peluang yang setara bagi seluruh masyarakat. Risiko seperti penipuan online dan serangan siber menjadi ancaman keamanan data pribadi masyarakat desa.
Paparan intensif terhadap budaya asing melalui internet dapat menantang pelestarian nilai-nilai dan budaya lokal. Penggunaan teknologi yang berlebihan juga berpotensi mengurangi keterampilan tradisional dan keberlanjutan lokal.
Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Layanan TI Badan Usaha Kominfo Yulis Widyo Marfiah mengatakan BAKTI Kominfo tidak hanya menghadirkan infrastruktur telekomunikasi di 3T, juga membangun ekosistem digital termasuk di sektor pendidikan.
“Kami berperan aktif juga dalam ekosistem digital, dengan membangun literasi digital terkait dengan bagaimana meningkatkan pemanfaatan dari infrastruktur yang dibangun agar internet yang hadir dapat digunakan lebih produktif dan muncul SDM yang unggul,” kata Yulis.
Selain itu, BAKTI Kominfo juga aktif dalam membangun literasi digital di masyarakat. Melalui berbagai program pelatihan dan edukasi, BAKTI Kominfo memastikan bahwa masyarakat tidak hanya memiliki akses internet, tetapi juga kemampuan untuk memanfaatkannya secara produktif.