Anomali perubahan iklim akibat dampak El Nino di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) berpotensi menyebabkan masalah ketahanan pangan akibat gagal panen.
“Kita mengalami kondisi anomali iklim yang sangat berbahaya untuk ketahanan pangan, hal ini karena adanya pergeseran musim tanam,” ungkap Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT, Lucky Koli pada Rabu (17/1/2024).
Lucky menjelaskan bahwa musim tanam saat ini berbeda dengan musim tanam sebelumnya karena musim tanam saat ini telah bergeser hampir mencapai dua bulan
“Musim tanam biasanya terjadi pada dasarian tiga Oktober dan dasarian satu dan dua November. Kini di tahun 2024, pada dasarian satu Januari baru mulai tampak hujan. Itu pun baru satu dan dua hari terjadi,” ucap dia.
Dikatakan Lucky, curah hujan yang sedikit berpengaruh pada luas tanam. Akibatnya, luas tanam padi di NTT baru mencapai 40.000 hektare lebih dari total luas lahan sebanyak 214.000 hektare lebih.
Dengan sisa luas tanam sekitar 190.000 hektare yang belum ditanami, pemerintah berharap petani mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mulai menanam.
Berdasarkan prakiraan cuaca dari BMKG, para petani di wilayah timur Sumba, wilayah tengah dan timur Flores, dan seluruh Pulau Timor sudah harus siap untuk penanaman.
“Karena kalau tidak dilakukan penanaman saat ini maka akan berpotensi gagal tanam karena kekeringan yang panjang,” kata Lucky.
Dengan curah hujan yang terjadi saat ini, petani diminta mulai menanam pada Januari bukan di bulan Februari. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kurangnya pasokan air untuk tanaman di bulan Maret.
Pasalnya, memasuki April dan Mei 2024 curah hujan mulai menurun dan sudah memasuki musim kemarau. “Ini yang saya bilang berbahaya karena adanya fase transisi antara pertumbuhan vegetatif ke pertumbuhan generatif tanaman. Jadi fase pertumbuhan untuk masuk ke pembuahan pada usia 60 hari tanaman butuh air,” ujarnya.
“Kalau petani tepat menanam dan dukungan curah hujan cukup maka kita bisa penen. Tetapi kalau ada keterlambatan tanam dan melampaui masa transisi terjadi pada saat penurunan curah hujan, maka dikhawatirkan akan terjadi gagal panen dan gagal tanam,” tambahnya.
Mengantisipasi situasi ini, pemerintah telah meminta bantuan berupa benih ke pemerintah pusat untuk diberikan kepada petani yang mengalami gagal tanam.
Pemerintah juga harus menyiapkan alternatif komoditas selain padi seperti jagung dan kacang-kacangan, serta benih-benih holtikultura, sumur bor, dan juga menjalin kerja sama dengan TNI.
“Paling tidak membantu petani, biarpun produksinya menurun tetapi tidak kekurangan kemampuan daya beli,” pungkasnya.