Persoalan sosial dan politik yang berujung pada gangguan keamanan di Papua adalah fakya yang berlangsung sejak lama.
Berbagai isu di tanah Papua sangat sensitif, sehingga pemerintah harus lebih humanis dan lebih dekat dengan masyarakat.
Sangat disayangkan, Papua dalam keadaan ini justru diidentikkan sebagai daerah tidak aman, penuh kekacauan, kekerasan bersenjata, daerah tertinggal, dan lain sebagainya.
Lebih parah lagi, dianggap tidak ada kedamaian dalam kehidupan masyarakat yang hidup di tanah kaya ini.
Direktur Lembaga dan Advokasi Hak Asasi Manusia (ELSHAM) Papua, Pdt Matheus Adadikam, menjelaskan pada Februari 2023, isu disebarkan bahwa Gubernur Lukas Enembe telah meninggal dunia dan dengan beredarnya berita hoaks ini, sekaligus muncul isu-isu yang mengatakan akan ada amukkan masa dan kekacauan.
Karena itu, lanjut Matheus, kelompok masyarakat nusantara, kelompok merah tutih dan paguyuban ikatan kekeluargaan yang mewadahi seluruh orang pendatang atau non Papua, harus bersiap dan informasi tersebut disebar luaskan dengan sangat masif di media sosial pada saat itu.
Lalu, pascakabar mantan Gubernur Papua, Lukas Enembe meninggal dunia di Jakarta, pada Minggu (26/12/2023), isu ini mencuat lagi.
“Sebenarnya semua nampak aman karena pihak keluarga yaitu Ibu YuIce Enembe dan anak-anak serta keluarga besar melalui perwakilan keluarga sejak di Jakarta sampai dengan tibanya Jenazah di Jayapura, mereka telah menghimbau berulang-ulang, agar tidak boleh ada keributan atau kekacauan sehingga prosesi pemakaman berjalan dengan baik, aman dan lancar,”tulis Matheus dalam rilis yang diterima Tribun-Papua.com, Senin (1/1/2024).
Hal ini diperkuat dengan himbauan dari pihak gereja oleh Presiden Gereja Injili Di Indonesia (GIDI), Pdt. Dorman Wandikbo, yang tentu telah membangun koordinasi dan komunikasi dengan Dewan Gereja Papua, Persekutuan Gereja Gereja Papua (PGGP), Dewan Adat Papua, Pimpinan Daerah Provinsi Papua serta pihak keamanan dalam hal ini Polda Papua.
Sayangnya, fakta di lapangan berbeda, harapan dan kerinduan agar penghormatan terhadap jenazah pemimpin besar orang Papua, Lukas Enembe ini diwarnai dan diciderai dengan beberapa insiden seperti penyerangan terhadap PJ Gubernur Papua, Ridwan Rumasukun serta Kapolda Papua, Irjen Polisi Mathius Fakhiri.
Kemudian terjadi aksi pembakaran beberapa ruko di Waena, dan semua kejadian ini patut disesalkan.
“ELSHAM Papua sangat menyesalkan kejadian-kejadian tersebut karena seharusnya insiden ini tidak perlu terjadi apalagi saat ini umat sedang berada dalam suasana perayaan Natal,” terang Matheus.
“Tentu dengan pertistiwa ini, mengindikasikan kuat kepada kita semua bahwa adanya para pihak yang tidak ingin Tanah Papua dan masyarakatnya hidup dengan aman dan damai oleh sebab itu selalu diganggu dengan berbagai cara serta memanfaatkan berbagai situasi,”sambung dia.
Sejak meninggalnya Lukas Enembe, Rakyat Papua, sungguh berduka. Semestinya rasa duka yang mendalam serta penghormatan terhadapnya, dihormati juga oleh semua pihak.