Serba-Serbi BRICS

Date:

Fithra Faisal Hastiadi

(Ekonom Universitas Indonesia)

Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Indonesia, Sugiono, menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS di Rusia. Agenda ini menarik perhatian karena Indonesia berpotensi menjadi anggota organisasi tersebut, yang kini dikenal sebagai BRICS+.

Apa Itu BRICS?

Istilah “BRICS” pertama kali diperkenalkan pada tahun 2001 oleh ekonom Jim O’Neill dari Goldman Sachs Asset Management. BRICS, yang terdiri dari Brazil, Rusia, India, China, dan South Africa, mengelompokkan negara-negara dengan tingkat imbal hasil investasi yang tinggi dan berpotensi menjadi kekuatan ekonomi dunia. BRICS awalnya terdiri dari empat negara: Brasil, Rusia, India, dan China. South Africa kemudian bergabung pada 2010, dan akronim ini berubah menjadi BRICS.

BRICS terbentuk dengan kesadaran bahwa negara-negara berkembang ini memiliki peran besar dalam ekonomi global. Dalam perjalanannya, negara-negara lain seperti Saudi Arabia, Iran, dan Mesir juga bergabung, membentuk BRICS+ dan memperluas cakupan pengaruh mereka.

Implikasi Keanggotaan BRICS bagi Indonesia

Bergabung dengan BRICS memiliki implikasi strategis bagi Indonesia. Pertama, langkah ini sejalan dengan prinsip politik bebas aktif yang dianut Indonesia, di mana negara ini menjaga hubungan yang seimbang dengan berbagai kekuatan ekonomi dunia. Indonesia, yang juga bergabung dalam organisasi seperti G20, memperluas jangkauan diplomatik dan ekonomi dengan keterlibatannya di BRICS, yang berbeda dari kemitraan dengan negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa.

Secara ekonomi, keanggotaan BRICS membuka potensi investasi besar dari negara-negara berkembang yang bisa memperkuat ekonomi Indonesia. Investasi dari negara-negara BRICS diharapkan mampu menjadi alternatif dan memberikan pengaruh positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

Gagasan Mata Uang BRICS

Selain memperluas anggotanya, BRICS sempat mengemukakan gagasan untuk menggunakan mata uang bersama atau “BRICS currency” guna mempermudah transaksi antar anggotanya tanpa perlu bergantung pada dolar AS. Namun, realisasi gagasan ini mungkin tidak akan terjadi dalam waktu dekat, karena perbedaan kondisi ekonomi antara anggota BRICS cukup signifikan. Diperkirakan, bahkan untuk kawasan Asia, mata uang bersama baru mungkin terbentuk pada tahun 2050. BRICS mungkin membutuhkan waktu lebih lama lagi karena variasi ekonomi dan tantangan koordinasi antar negara anggota.

Indonesia dan Strategi “Outward Looking”

Langkah Indonesia untuk mempertimbangkan keanggotaan BRICS mencerminkan kebijakan “outward looking strategy,” yang berarti memperluas kolaborasi dengan berbagai mitra global demi memperkuat kedudukan di kancah internasional. Presiden Prabowo, yang mendorong langkah ini, pernah mengungkapkan bahwa “seribu teman terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak.” Prinsip ini menunjukkan pendekatan diplomatik Indonesia yang berupaya membangun persahabatan sebanyak mungkin untuk menciptakan stabilitas regional dan global.

BRICS bukan hanya sekadar kelompok ekonomi, tetapi juga simbol bagi negara-negara berkembang untuk bersatu dan memajukan kepentingan mereka dalam ekonomi dunia yang cenderung didominasi negara-negara maju. Bagi Indonesia, bergabung dengan BRICS adalah langkah strategis untuk meningkatkan investasi dan memperluas akses pasar internasional, serta memperkuat diplomasi yang bebas aktif.

Dengan ini, diharapkan Indonesia dapat semakin sigap dalam memanfaatkan peluang di era ekonomi global yang terus berkembang.

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share post:

Subscribe

spot_imgspot_img

Popular

More like this
Related

Presiden Prabowo Wujudkan Pemeriksaan Kesehatan Gratis untuk Indonesia Sehat

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI)...

Distribusi Pupuk Subsidi Akan Diberikan Langsung Kepada Petani

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, mengungkap bahwa distribusi pupuk...

Teknologi dan Inovasi Kunci Wujudkan Swasembada Pangan

Kementerian Pertanian (Kementan) dan Kementerian Pendidikan Tinggi Sains dan...

Wujudkan Swasembada Pangan Melalui Inovasi dan Sains

Swasembada pangan kembali digelorakan oleh Presiden Prabowo Subianto. Harapan Indonesia untuk...