Rupiah Perkasa Dipengaruhi Sentimen Global

Date:

Rupiah kembali menunjukkan kekuatannya pada pekan ini, didorong oleh berbagai faktor global dan kebijakan dalam negeri yang saling mempengaruhi. Menurut Fithra Faisal, Senior Ekonomis dari Samuel Sekuritas Indonesia, ada beberapa poin penting yang memengaruhi pergerakan Rupiah yang stabil dan menguat belakangan ini.

Pertama, keputusan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 6,25% menjadi salah satu faktor penopang stabilitas Rupiah. Keputusan ini, yang sejalan dengan ekspektasi pasar, mencerminkan sikap hati-hati Bank Indonesia dalam merespons kondisi ekonomi saat ini. Meskipun beberapa indikator ekonomi, seperti inflasi yang mendekati 2% dan cadangan devisa yang mencapai 145 miliar USD, memberikan ruang untuk penurunan suku bunga, Bank Indonesia memilih untuk tidak terburu-buru.

Fithra Faisal juga menyoroti bahwa cadangan devisa Indonesia yang tinggi saat ini lebih banyak ditopang oleh pinjaman luar negeri (borrowed reserve) daripada cadangan dari hasil produksi domestik (onboard reserve). Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas produktif Indonesia untuk mendukung Rupiah masih terbatas, sehingga keputusan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga pada level yang ada dianggap tepat.

Selain itu, defisit transaksi berjalan (current account deficit) yang terus berlanjut menjadi faktor lain yang menambah kerentanan Rupiah. Pada kuartal pertama tahun ini, defisit mencapai 2,4 miliar USD, lebih besar dari perkiraan awal. Defisit ini, ditambah dengan defisit fiskal yang diproyeksikan mencapai 2,7% dari PDB, membuat posisi Rupiah menjadi lebih rapuh.

Di sisi lain, sentimen positif dari luar negeri, terutama dari Amerika Serikat, memberikan dorongan bagi penguatan Rupiah. Pernyataan Jerome Powell dari The Fed yang mengindikasikan kemungkinan besar pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan September telah melemahkan USD dan memberikan dukungan bagi Rupiah.

Dalam pasar ekuitas dan obligasi, Rupiah yang menguat juga didukung oleh aliran modal asing (foreign inflow) yang mulai kembali masuk ke pasar Indonesia. IHSG yang berpotensi mencapai rekor baru di 7.750 menunjukkan kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia. Pasar obligasi juga mencatat pergerakan positif dengan yield yang bergerak dalam rentang 6,6% hingga 6,7%. Namun, tetap ada risiko koreksi jika yield melonjak di atas 6,7%, yang bisa membawa pasar kembali ke level yang lebih rendah.

Secara keseluruhan, meskipun Rupiah saat ini berada di zona hijau, tantangan dari sisi fundamental ekonomi dalam negeri tetap ada. Namun, dengan sentimen global yang mendukung, terutama dari kebijakan The Fed, Rupiah masih memiliki ruang untuk terus menguat dalam jangka pendek.

Samuel Sekuritas mengingatkan pentingnya tetap waspada terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi pergerakan Rupiah dan pasar keuangan Indonesia.

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share post:

Subscribe

spot_imgspot_img

Popular

More like this
Related

Bulog Jadi Badan Otonom di Bawah Presiden

Direktur Utama Perum Bulog Wahyu Suparyono mengatakan Bulog akan diubah menjadi...

Perombakan Manajemen Perum Bulog Menjadi Lembaga Dibawah Presiden

Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan alias Zulhas mengungkap alasan Perum Bulog bakal...

Tingkatkan Produktivitas Pertanian Melalui Modernisasi Daerah Irigasi Rentang

Kementerian Pekerjaan Umum (PU) melalui Balai Besar Wilayah Sungai...

Kolaborasi Pemerintah Dalam Produktivitas Pertanian Guna Mendukung Ketahanan Pangan

Dalam upaya mencapai target swasembada pangan pada tahun 2025,...