Dalam unggahan Prof. Agus Sumule yang mempertanyakan bagaimana pasangan Matius Fakhiri dan Aryoko Rumaropen serta pasangan Tomi Mano dan Yermias Bisai dapat menyelesaikan masalah Papua andaikata satu satu pasangan dari kedua pasangan tersebut terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Papua periode 2024-2029.
Dalam unggahan tersebut, Prof. Agus Sumule menyampaikan beberapa data penting seperti data Penduduk Usia Sekolah (PUS) yang tidak bersekolah sebanyak lebih dari 152.000 orang. Yang terbagi dalam tingkat SD 32.000 orang, SMP 63.000 orang, dan SMA/SMK 57.000 orang (data-data diolah dari Neraca Pendidikan Derah Kemendikbudristek).
Serta saat ini, Penduduk miskin di papua ada 152.910 orang (Maret 2024, sumber: BPS), Bayi/anak stunting sebanyak 51.254 orang (sumber data: Kemendagri), dan Tingkat Pengangguran Terbuka 5,81%
Dalam kesempatan tersebut, unggahan tersebut langsung mendapatkan jabawan dari Juru Bicara Matius Fakhiri – Aryoko Rumaropen, Steve Mara, bahwa Matius Fakhiri dan Aryoko Rumaropen (MARI-YO) memilki visi besar yaitu mewujudkan Transformasi Papua yang maju dan harmonis.
Dalam visi tersebut, MARI-YO akan memperhatikan 4 indikator trasformasi yaitu hal yang berkaitan dengan : Transformasi sosial, Transformasi Ekonomi dan Infrastuktur, Transfirmasi Lingkungan dan Sumber Daya Alam, serta pernguatan lembaga pemerintah dan non-pemerintah.
Transformasi Sosial adalah berkaitan dengan Kesejahteraan masyarakat yang harus dipenuhi oleh pemerintah, pengembangan sumber daya manusia Papua, Serta Faktor Kesehatan. kemudian, Transformasi Ekonomi dan Infrastruktur adalah terkait dengan pengembangan ekonomi dan rencana bangunan infrastruktur yang akan dibangun kedepan yang juga berkaitan dengan inf. Pendidikan dan Kesehatan.
Sementara indikatior berikut adalah transformasi Lingkungan dan Sumber daya alam, adalah hal dasar yang perlu diperhatikan antara eksistensi Papua sebagai daerah dengan potensi alam besar tetapi juga Papua sebagai rumah dari keanekaragaman hayati, serta yang terakhir adalah indikator yang berkaitan dengan Penguatan kelembagaan Pemerintah dan non-pemerintah atau yang lebih berkaitan dengan internal pemerintahan saat ini dan juga berkaitan dengan eksistensi adat.
Pertanyaan yang disampaikan oleh Prof. Agus Sumule adalah berkaitan dengan indikator Transformasi yang pertama atau kesejahteraan sosial. Terkait dengan PUS (Penduduk Usia Sekolah) langkah yang diambil adalah hidupkan kembali Wajib Belajar. Yang selama ini tidak diperhatikan oleh para Walikota dan Bupati sebelumnya didaerah, dimana angka putus sekolah dan anak yang tidak sekolah dianggap hanya sebagai TAKDIR atau disalahkan kepada ORANG TUA, Padahal pemerintah punya andil penting.
Ada beberapa skenario yang bisa diambil, seperti :
- Biaya awal masuk sekolah bisa disubsidi atau bisa digratiskan tergantung kategori sekolah yang mau dimasuki oleh para siswa. Kenapa biaya masuk? Karena biaya masuk sekolah di Papua sangat besar, ada biaya pembangunan dll yang ditagih oleh pihak sekolah dengan kisaran 3-10 juga. Jika pemerintah meringankan beban awal ini, maka kedepan, orang tua bisa membayar uang sekolah.
- Subsidi uang sekolah dengan kategori beda antara sekolah negeri dan sekolah swasta. Atau antara jurusan prioritas kebutuhan daerah agar mahasiswa bisa diarahkan. Contoh : Mahasiswa asal Yapen dan Biak, akan diberikan subsidi sekolah jika sekolah di jurusan Perikanan, ekonomi, manajemen, dll disesuaikan dengan kajian kebutuhan daerah.
- Anak/Pemuda yang pernah bersekolah atau belum pernah bersekolah kita bisa siapkan sekolah penyetaraan untuk mengambil paket C agar kedepan bisa melanjutkan studi dan bersaing dengan siswa jalur umum. Namun tentunya hal ini butuh keseriusan dari para peserta didik palet c dan juga stakeholder terkait.
- Akan ada kartu yang disiapkan oleh Pemerintahan untuk siswa. Kartu ini akan difungskukan untuk mengotrol jalur dukungan dan jumlah dukunga serta ketepatan penggunaan anggaran.
Selain itu, Steve Mara juga menjelaskan bahwa terkait dengan Penduduk Miskin di Papua, ini berkaitan erat dengan kesejahteraan masyarakat Papua. Bahwa penduduk dalam setiap kategori usia memiliki tingkat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Agar terhindar dari kebutuhan yang tidak terpenuhi dan tidak masuk dalam kategori miskin. Beberapa program nasional akan diperkuat didaerah agar kegunaannya tepat sasaran dan bisa menjawab persoalan daerah.
Papua Produktif adalah tujuan utama, dimana semua lapisan masyarakat dalam ada didalam puncak kebutuhan dasar yang tertinggi atau kebutuhan untuk bekerja. Untuk mencapai itu, kita akan awali dengan memastikan masyarakat Papua tidak lapar, masyarakat Papua Aman, masyarakat Papua merasa disayang, masyarakat Papua merasa dihargai, dan masyarakat Papua siap untuk mengaktualisasikan produktivitasnya.
Selain itu, ada beberapa jaminan sosial yang diberikan kepada masyarakat sesuai dengan domisili dan kategorinya.
Selanjutnya Steve Mara menjelaskan terkait dengan program MARI-YO untuk stanting, program Papua Sehat adalah komitmen MARI-YO, akan ada penguatan kartu Papua Sehat melalui BPJS, kami juga siapkan program wajib 123, aktifkan kembali beberapa program lama yang dalam 10 tahun terakhir tidak maksimal dilaksanakan.
Semua program kerja dan catatan lainnya akan dipaparkan pasangan MARI-YO dalam berbagai kesempatan yang diberikan oleh KPU sebelum 27 November. Semua program tidak bersifat rencana tapi Tim Kerja telah mempersiapkan langkah dan terobosannya agar dapat dilaksanakan di tahun 2025 nanti. Tentunya program kerja yang disusun akan disesuaikan dengan rencana pembangunan Papua menuju 2045 yang telah ditetapkan oleh pemerintah Provinsi Papua.
Steve menegaskan bahwa, ini hanyalah penjelasan kulit dari program kerja yang telah disiapkan untuk Papua, tentunya masih ada lagi program lainnya serta detail dari setiap program yang akan disampaikan oleh pasangan MARI-YO dalam kampanye ke daerah-daerah.
Sementara itu, pertanyaan yang sama, yang diajukan kepada tim BTM-YB terkait dengan pendidikan, kesehatan, dan kemiskinan di Papua oleh Prof. Agus Sumule tidak dijawab.