Oleh : Steve Rick Elson Mara, S.H., M.Han
(Kader Intelektual Bela Negara)
Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) atau yang juga dikenal sebagai organisasi Papua Merdeka dalam beberapa waktu terakhir ini terlihat terus meningkatkan volume serangan mereka kepada kekuatan pertahanan militer Indonesia namun juga kepada warga sipil dibeberapa daerah di Papua.
Kelompok yang juga mengklaim diri mereka sebagai Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) ini melakukan serangan dan mengaku bertanggung jawab atas setiap serangan yang dilakukan, seperti yang disampaikan juru bicara mereka Sebby Sambom dalam berbagai video yang disebarkan dimedia sosial.
Beberapa daerah di Papua bahkan diklaim sebagai zona perang antara kelompok bersenjata ini dengan kelompok TNI atau POLRI. Berbagai serangan yang dilakukan di Papua saat ini dilakukan oleh kelompok tersebut dengan menggunakan senjata modern, bahkan ditemukan ada juga bahan ledak jenis bom modern yang digunakan untuk menyerang pos militer Indonesia, seperti jenis bom yang pernah digunakan adalah granat GLM pada saat menyerang pos Marinir di Nduga Papua (sumber: kabar24.com Fakta KKB serang pos marinir di Papua).
Beberapa tindakan brutal seperti Pembantaian lain yang dilakukan oleh kelompok tersebut terhadap 8 orang warga sipil pekerja pegawai PT. Palapa Timur Telematika (Sumber: liputan6.com media dunia sorot serangan KKB ke Pegawai PTT di Papua), atau serangan terhadap dua tukang ojek di kabupaten Puncak, satu orang dinyatakan meninggal dunia dalam penyerangan tersebut, serangan tersebut dikonfirmasi polda Papua bahwa dilakukan oleh KKB kodap Puncak Jaya (sumber: regional.kompas.com KKB berulah di Puncak Jaya Papua).
Sepajang tahun 2024, ada 37 personil TNI dan Polri menjadi korban dari kekejaman kelompok bersenjta(sumber: antaranews.com TNI Polri Jadi Korban KKB). Awal tahun 2025, dua anggota Polri gugur ditembak oleh kelompok bersenjata di daerah Yalimo dan Puncak jaya, dan 1 Anggota KKB mantan anggota Polri yang kabur dan bergabung dengan KKB berhasil ditangkap oleh satgas damai cartenz (sumber: kompas.com Aske Mabel ditangkap)
Pada Maret 2025, Indonesia dikagetkan dengan terbongkarnya aksi penyeludupan senjata API yang hendak diantar oleh seorang mantan pecatan anggota TNI ke Puncak Jaya untuk digunakan oleh kelompok bersenjata, setelah kasus ini ditelusuri polisi berhasil menangkap 4 tersangka Bojonegoro Jawa Timur, satu di Sleman, dan satu lagu di Manokwari, serta diamankan 17 senjata API Modern dan rakitan, 3533 butir amunisi, 2 detonator, dan puluhan magazen (sumber: tempo.co kronologi terungkapnya pasokan senjata OPM). Sebelumnya, seorang pilot asal Papua juga pernah mencoba menyeludupkan 10 senjata api laras panjang ilegal dari Filiphina.
Hal ini menunjukan bahwa ada satu perkembangan besar kelompok bersenjata di Papua yang harus dipahami, bahwa kelompok ini sudah berkembang dari cara konventional yaitu merebut senjata dari kelompok militer kepada membeli senjata dari jaringan pemasok senjata.
Perkembangan kelompok bersenjata di Indonesia, bukan hanya ada di KKB melainkan ada juga kelompok teroris yang menggunakan senjata api untuk kegiatannya, seperti pada akhir tahun 2024, ditemukan 5 senjati api dan 18 Bom rakitan yang diduga milik jaringan teroris dikabupaten Poso (sumber: detik.com 5 senpi dan 18 bom diduga milik jaringan teroris).
Pada tahun 2021 lalu, kelompok bersenjata di Papua pernah dirubah nomenklaturnya dari kelompok bersenjata biasa menjadi kelompok teroris. Hal tersebut disampaikan oleh POLHUKAM RI yang kemudian mendapatkan banyak tanggapan, ada pihak yang setuju tetapi ada juga pihak yang menyampaikan perlunya kehati-hatian dalam pelebelan tersebut dengan pertimbangan collateral damage (sumber: nasional.tempo.com Komnas HAM minta Pemerintah Hati-hati Label Teroris untuk KKB Papua).
Beberapa aksi terorisme yang pernah dilakukan di Indonesia seperti penyerangan di Sarinah Jakarta, bom bunuh diri di beberapa tempat ibadah, seperti yang terjadi Surabaya, dan juga yang cukup viral adalah aksi seorang wanita simpatisan ISIS yang mempelajari tentang aksi terorisme hanya melalui internet kemudian pemahaman tentang kegiatan terorisme terbentuk dan dia meyakini bahwa aksi terorisme adalah benar, akhirnya dia berani masuk membawa senjata kedalam Mabes POLRI dan menyerang anggota Kepolisian. (sumber: news.detik.com Perempuan penyerang mabes Polri, Milenial kelahiran 1995).
Di Asia tenggara sendiri khususnya Indonesia, sudah ada beberapa kelompok yang terafiliasi kelompok terorisme dan masih aktif pergerakannya adalah Jamaah Islamiyah (JI), Jamaah Ansharut Daulah (JAD), Jamaah Ansharut Khilafah (JAK), Negara Islam Indonesia (NII), dan MIT (Mujahidin Indonesia Timur).
Dengan demikian, kelompok bersenjata yang harus diwaspadai saat ini di Indonesia ada 2 yaitu kelompok politik bersenjata di Papua dan kelompok jaringan terorisme, yang sama-sama memiliki kekuatan bersenjata.
Potensi Kerjasama yang dimaksudkan penulis adalah Pola interaksi kelompok yang dapat terbentuk, karena kedua kelompok ini adalah kelompok yang saat ini sedang mengalami perkembangan melalui daring atau dalam jaringan. Perkembangan kelompok dalam jaringan ini menyebabkan munculnya simpatisan untuk mendukung atau bahkan bekerjasama dalam tujuan sosial, politik, maupun ekonomi.
Dengan perkembangan kedua kelompok tersebut maka dapat dikatakan saat ini ancaman bersenjata di Indonesia tidak lagi single domain, melainkan ancaman multidomain. Bahwa ancaman datang dari berbagai sisi yaitu secara nyata dan juga cyberwarfare. Sehingga perlu diwaspadai perekrutan keanggotaan baru atau terbangunnya jaringan yang lebih luas antara kelompok bersenjata di Indonesia.
Pola ini berpotensi terjadi jika terbentuknya pola US VS THEM, US adalah kelompok bersenjata dan Them adalah Negara, pola ini dapat terbentuk jika kelompok bersenjata Papua maupun kelompok terorisme memposisikan diri dalam satu garis yang sama atau menggunakan visi yang sama sebagai musuh negara. Dengan melihat visi atau pandangan bahwa segala sesuatu yang dibangun oleh negara adalah salah.
Untuk itu, perlu ada peringatan dini kepada pemerintah dan pihak militer serta intelijen terhadap terbukanya ruang komunikasi antara kelompok terorisme ISIS, JI, JAD, JAK, NII, dan MIT dengan KKB di Papua. Hal ini karena perkembangan terosisme dalam jaringan terbuka luas, Jika ruang tersebut terbuka maka tidak menutup kemungkinan ada penyeludupan senjata modern, pelatihan perang bersama, pelatihan pembuatan senjata rakitan maupun bom rakitan bersama, hingga perekrutan anggota besar-besaran demi kepentingan masing-masing kelompok.
Jika terjadi, maka pekembangan kelompok bersenjata di Papua akan meningkat dari yang awalnya mengambil senjata militer, berkembang dengan membeli senjata dari pemasok, dan karena adanya interaksi kesamaan visi sebagai musuh negara maka kelompok akan berkembang bersama dan menciptakan senjata rakitan dan bom rakitan bersama dengan bahan dasar yang ada dipasar.
Dengan demikian, jika itu terjadi maka akan menambah daya gedor kelompok bersenjata di Papua dan dampak ikutannya adalah akan berpengaruh terhadap diplomasi luar negeri kelompok Papua untuk kepentingan disintegrasi bangsa Indonesia, dan kepentingan kelompok teroris juga dapat terpenuhi dengan berhasil membagikan teror kepada masyarakat Indonesia.
Kita perlu terus memberikan pemahaman tentang upaya didalam menerapkan 4 konsensus bangsa yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika, dengan mengimplementasikan paradigma nasional yaitu Wawasan Nusantara, Ketahanan Nasional, dan Kewaspadaan Nasional kepada seluruh warga negara Indonesia terutama bagi generasi muda yang rentan dipengaruhi kelompok terorisme, radikalisme, dan kriminalisme.