Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan optimis, tahun depan Indonesia akan stop impor sejumlah komoditas, salah satunya gula. Dia meyakini, produksi gula dalam negeri bisa memenuhi kebutuhan nasional.
Ia menyampaikan, rencana stop impor sejumlah komoditas strategis dilakukan sebagai salah satu langkah pemerintah untuk mendorong kemandirian pangan nasional.
“Kita tahun depan tidak impor gula, jagung untuk konsumsi, tidak impor barang, dan tidak impor beras,” ujar Zulhas, sapaan akrabnya, saat meninjau ladang tebu di Desa Putat Lor, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang, Kamis (19/12/2024).
Keputusan ini, menurut Zulhas, didorong oleh optimisme yang sangat besar terhadap potensi produksi gula dalam negeri. Hal ini terlihat dari antusiasme petani tebu di Malang yang bahkan menanam tebu di halaman rumah mereka.
“Saya optimis, coba lihat sekarang di Malang ini, halaman rumah aja ditanami tebu, jadi rakyat kita itu sebetulnya kan pekerja keras asal kalau sudah menanam jangan rugi,” terangnya.
Zulkifli juga mengungkapkan, produksi gula nasional terus mengalami peningkatan yang signifikan.
“Tahun ini kita 2,4 juta ton, naik 200 ribu ton. Tahun depan diperkirakan akan 2,6 juta ton, tapi saya meyakini bisa sampai 2,7 juta ton,” jelasnya.
Meskipun kebutuhan nasional mencapai 3,1 juta ton, Zulkifli yakin bahwa dengan adanya peningkatan produksi dan stok yang ada, kebutuhan gula dalam negeri dapat terpenuhi.
“Kita ada stok dan tentu ada opsi lain pembukaan lahan baru. (Terkait kebutuhan pembukaan lahan gula baru) nanti masih mau dirapatkan di provinsi,” kata Zulkifli.
Sementara itu, Staf Bagian Tanaman PG Krebet Baru Akbar Broto Kusumo mengaku menyambut baik rencana pemerintah stop impor gula. Pihaknya juga akan membantu mensukseskan program swasembada pangan.
“Dukungan kita lakukan lewat memperkuat kemitraan dengan para petani tebu, karena bahan baku tebu PG Krebet Baru hampir 100% itu dari kemitraan dengan para petani lokal,” ungkap Akbar.
“Memperkuat kemitraan yang dimaksud bisa menambah jumlah kemitraan, bisa memperkuat kemitraan yang sudah ada dan menambah lahan baru di sisi petaninya,” sambungnya.
Akbar mengatakan, khusus di wilayah Malang, jumlah tebu mencapai 30 juta kuintal. Dari total jumlah tersebut, 18 juta kuintal dikelola oleh PG Krebet Baru dan sisanya masuk pabrik gula lain.