Pasar Masih Positif, Asumsi Makro APBN 2025 Realistis

Date:

Pasar keuangan Indonesia terus menunjukkan performa positif meskipun dihadapkan pada beberapa tantangan eksternal. Fithra Faisal dari Samuel Sekuritas memberikan analisis yang mendalam mengenai kondisi terkini serta proyeksi ke depan, yang mendukung pandangan bahwa asumsi makro APBN 2025 cukup realistis.

Pada minggu terakhir, Indonesia kembali mencatat surplus perdagangan, menjadikannya 51 kali berturut-turut. Namun, surplus kali ini hanya sebesar USD 470 juta, jauh di bawah konsensus yang diharapkan di atas USD 2 miliar. Meskipun demikian, Fithra Faisal menekankan bahwa peningkatan impor, terutama untuk kebutuhan produksi, dapat menjadi indikasi positif bagi pertumbuhan ekonomi ke depan. Aktivitas Purchasing Managers‘ Index (PMI) diproyeksikan akan kembali ke level ekspansif, seiring dengan meningkatnya produksi dan inventaris.

Selain itu, pidato kenegaraan Presiden yang menyoroti Nota Keuangan 2025 memberikan pandangan optimis namun realistis terhadap pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan sebesar 5,2%. Angka ini sejalan dengan proyeksi Samuel Sekuritas yang memprediksi pertumbuhan ekonomi sebesar 5% di tahun depan. Asumsi nilai tukar yang ditetapkan pada Rp16.100 per USD juga dianggap realistis, mengingat proyeksi nilai tukar Samuel Sekuritas yang berada di kisaran Rp16.200.

Dari sisi defisit anggaran, pemerintah menetapkan target defisit sebesar 2,5% hingga 3%. Meskipun ada kekhawatiran akan pelebaran defisit, Fithra Faisal percaya bahwa defisit akan berada di sekitar 2,8% hingga 2,9%. Hal ini didukung oleh asumsi yield obligasi sebesar 7,1%, yang hampir setara dengan proyeksi Samuel Sekuritas sebesar 7,2%. Pemerintah tampaknya telah mencadangkan kemungkinan pembiayaan tambahan jika defisit melebar, yang akan mempengaruhi yield obligasi ke depan.

Secara keseluruhan, kondisi pasar saat ini masih dipengaruhi oleh sentimen global yang positif, dengan potensi inflow modal ke pasar obligasi dan ekuitas Indonesia. Meskipun ada risiko capital reversal yang perlu diwaspadai, Fithra Faisal melihat peluang penguatan pasar obligasi dengan yield yang bisa turun ke level 6,6%, meski ada kemungkinan naik kembali ke level 6,9%. Tenor obligasi yang disarankan untuk dikoleksi adalah di bawah 10 tahun, seperti tenor 3, 4, 5, 7, dan 9 tahun.

Di sisi lain, pasar ekuitas Indonesia diperkirakan tetap dalam wilayah positif, dengan potensi menembus level 7.500, meskipun ada kemungkinan turun ke level 7.300 akibat capital reversal. Sektor yang direkomendasikan untuk diinvestasikan adalah properti, siklikal dan kesehatan, yang saat ini menunjukkan momentum penguatan.

Dengan asumsi makro yang realistis dan kondisi pasar yang masih positif, APBN 2025 tampak berada pada jalur yang tepat untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Pemilihan kebijakan fiskal dan moneter yang tepat akan menjadi kunci dalam menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun-tahun mendatang.

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share post:

Subscribe

spot_imgspot_img

Popular

More like this
Related

Tingkatkan Produktivitas Pertanian Melalui Modernisasi Daerah Irigasi Rentang

Kementerian Pekerjaan Umum (PU) melalui Balai Besar Wilayah Sungai...

Kolaborasi Pemerintah Dalam Produktivitas Pertanian Guna Mendukung Ketahanan Pangan

Dalam upaya mencapai target swasembada pangan pada tahun 2025,...

Presiden Prabowo Wujudkan Pemeriksaan Kesehatan Gratis untuk Indonesia Sehat

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI)...

Distribusi Pupuk Subsidi Akan Diberikan Langsung Kepada Petani

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, mengungkap bahwa distribusi pupuk...