Intensifikasi Lahan demi Pangan Nasional

Date:

Mengingat semakin terbatasnya lahan serta perlunya mempertahankan kawasan hutan dan gambut, Indonesia harus memprioritaskan intensifikasi ketimbang ekstensifikasi lahan dalam usahanya meningkatkan produksi pangan nasional. 

Head of Research Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Aditya Alta mengatakan, intensifikasi lahan bisa dilakukan melalui benih unggul hingga akses pupuk. 

“Melihat lagi kesenjangan produktivitas pertanian antara pulau Jawa dengan luar Jawa masih cenderung besar, maka, optimalisasi lahan pertanian yang ada perlu terus digenjot,” jelas Aditya. 

Aditya melanjutkan, selain menelan biaya yang besar untuk lingkungan, ekstensifikasi lahan atau menambah areal baru juga akan menghasilkan emisi karbon yang akan memperparah kerusakan alam.

Mendesaknya upaya peningkatan produktivitas dapat dilihat dari melandainya produktivitas per hektare beberapa komoditas seperti padi dan kedelai dalam beberapa tahun terakhir. Ketimpangan produktivitas yang terjadi antar daerah juga belum bisa diatasi.

Penelitian CIPS berjudul ‘Beralih dari Subsidi Pupuk dan Benih: Mengkaji Ulang Bantuan untuk Mendorong Produktivitas dan Persaingan di Pasar Input Pertanian’ menunjukkan, produktivitas pertanian padi di Jawa mencapai 5,64 ton per hektar atau 23 persen lebih tinggi daripada produktivitas padi di luar Jawa yang 4,58 ton per hektar. 

Luas panen padi di luar Jawa mencakup sekitar 50 persen dari luas panen padi nasional, namun kontribusinya pada produksi padi nasional hanya 44 persen. Penelitian ini juga menjabarkan faktor-faktor yang berkontribusi pada kurang optimalnya produktivitas padi di luar Jawa seperti akses pada irigasi, penggunaan pupuk, dan penerapan pola tanam ‘jajar legowo’ yang mengatur jarak antar benih. Potensi hasil pertanian di luar Jawa masih bisa meningkat signifikan jika faktor-faktor ini lebih ditingkatkan, sehingga perluasan lahan tidak lagi menjadi satu-satunya cara meningkatkan produktivitas. 

Salah satu bentuk ekstensifikasi lahan pertanian adalah food estate yang menjadi program unggulan salah satu pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden 2024 namun juga menuai kritik karena dianggap membahayakan lingkungan.

Program ini, yang untuk pertama kalinya dikembangkan pemerintahan di Kalimantan Tengah, belum terbukti mampu memenuhi kebutuhan pangan nasional. Food Estate seluas 60.000 hektar di Kalimantan Tengah ini setengahnya dibangun tahun 2020, sementara sisanya dibangun bertahap tahun 2021.

Pemerintah perlu memberikan dukungan pada riset dan inovasi, serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia sektor pertanian agar lebih produktif, termasuk melalui kerja sama dengan pihak swasta.

 Untuk itu, Pemerintah memberikan dukungan pada riset dan inovasi, serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia sektor pertanian agar lebih produktif, termasuk melalui kerja sama dengan pihak swasta.

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share post:

Subscribe

spot_imgspot_img

Popular

More like this
Related

Pemerintah Pastikan Stok Pangan Aman Jelang Natal-Tahun Baru

Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan stok pangan aman menjelang Natal...

Menag Ucapkan Selamat Natal dan Tahun Baru, Tegaskan Toleransi Beragama dan Tebar Cinta Kasih

Menteri Agama RI Nasaruddin Umar mengucapkan Selamat Natal 2024...

Momentum Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 Jadikan Indonesia Kiblat Kesetaraan dan Toleransi Dunia

Perayaan Natal dan Tahun Baru menjadi tradisi rutin yang...

WILL TERROR ATTACKS AND RADICALISM MANEUVRE STILL OCCUR AND MORE DANGEROUS IN 2025 ?

Eventhough during 2024, terrorist groups attacks number around the...