Densus 88 Antiteror Polri menangkap tiga terduga teroris berinisial S beserta kedua anaknya I dan F di Kampung Kembang Kuning, Kabupaten Bogor Jawa Barat.
Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center Ken Setiawan menyampaikan bahwa virus radikalisme dan terorisme bisa menimpa siapa saja, tidak pandang sisi usia, pendidikan dan profesi, siapa saja berpotensi terpapar
Ken juga menjelaskan bahwa penangkapan terorisme yang memiliki hubungan keluarga seperti bapak dan anak bukan hanya di Bogor, sebelumnya juga ada terduga teroris bapak-anak yang ditangkap Densus 88 di Bali.
Bahkan ada kasus aksi terorisme dengan bom bunuh diri di Surabaya yang melibatkan pelaku dari satu keluarga yang terdiri atas bapak, ibu, dan anak-anak itu melakukan teror dan meledakkan bom yang menempel di tubuh mereka.
Pelaku bom di surabaya yang melibatkan satu keluarga juga membuka fakta baru selama ini seolah pelaku terorisme terpapar adalah karena faktor ekonomi, tapi faktanya dari keluarga pelaku bom Surabaya adalah orang kaya didaerahnya.
Ken mengharapkan aparat meningkatkan kewaspadaan karena ada potensi bahaya jelang perhelatan akbar pilpres 2024, ada pihak yang ingin Indonesia terjadi Chaos.
Aksi para teroris bukan semata kejahatan sesaat, tetapi biasanya sistematis, terorganisir dan diorientasikan pada efek domino pasca kejahatan itu dilakukan.
Oleh karenanya, teror merupakan pesan yang dikonstruksi. Biasanya melalui pengemasan kematian yang dibuat sangat sadis, dramatis, chaos dan dapat menyebabkan situasi traumatik. Tambah Ken
Bagi para pelaku, bukan hanya sekedar meledaknya bom dan jatuhnya banyak korban melainkan lebih dari itu yakni publisitas teror melalui media massa dan perbincangan publik.
Sehingga hal tersebut memunculkan ketakutan, kesedihan dan lumpuhnya kepercayaan masyarakat terhadap aparat dan pemerintah. Tutup Ken.