Pekan lalu, ekonomi Indonesia kembali mendapat kabar baik. Bank Indonesia (BI) pada tanggal 18 September 2024 melakukan pemotongan suku bunga, yang diikuti oleh The Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat sehari kemudian dengan pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin. Kebijakan ini menandai langkah yang signifikan dalam menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi, baik di tingkat domestik maupun internasional.
Fithra Faisal, senior ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, menyebutkan bahwa surplus neraca perdagangan Indonesia yang mencapai 2,9 miliar USD untuk bulan Agustus, melebihi konsensus yang hanya berada di kisaran 1,9 miliar USD, menjadi faktor penting yang mendorong BI untuk mengambil langkah awal dalam menurunkan suku bunga. Ini merupakan surplus ke-52 kali berturut-turut, menunjukkan stabilitas fundamental ekonomi Indonesia yang kuat.
Langkah BI menurunkan suku bunga ini dianggap tepat, terutama mengingat cadangan devisa yang berada dalam kondisi baik, serta probabilitas tinggi bahwa The Fed akan mengikuti dengan pemotongan suku bunga. Potongan 50 basis poin yang dilakukan oleh The Fed sempat menimbulkan kekhawatiran pasar mengenai potensi “hard landing” ekonomi AS, namun pasar keuangan merespons dengan baik. Investor tampaknya lebih berfokus pada peluang pertumbuhan daripada stabilitas, memberikan sinyal positif bagi pasar emerging market seperti Indonesia.
Dengan adanya penurunan suku bunga ini, disparitas suku bunga antara Amerika Serikat dan emerging markets memberikan kesempatan bagi arus modal untuk masuk ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Ini berarti potensi inflow yang signifikan ke pasar obligasi dan saham Indonesia, yang akan mendukung penguatan nilai tukar rupiah serta meningkatkan likuiditas di pasar keuangan domestik.
Tak hanya itu, pada sektor obligasi, Fithra Faisal juga mengungkapkan adanya potensi penguatan. Tingkat imbal hasil obligasi diperkirakan akan stabil di kisaran 6,4%-6,5%, dengan tenor jangka pendek 3 hingga 6 tahun yang dinilai sangat menarik untuk dikoleksi. Sementara itu, pasar saham Indonesia masih terpengaruh oleh sentimen global, termasuk berita penghapusan brand dari indeks food muscle yang memberikan dampak negatif pada pergerakan IHSG. Meski demikian, secara fundamental ekonomi Indonesia tetap solid, dan terdapat harapan bahwa pasar akan rebound dalam beberapa minggu ke depan.
Sektor-sektor seperti IDX Finance, IDX Cyclical, IDX Industry, dan IDX Transport juga menunjukkan potensi pertumbuhan, dan menarik untuk dipantau lebih lanjut oleh para investor. Dengan langkah BI dan The Fed yang kompak dalam memotong suku bunga, perekonomian Indonesia memiliki ruang yang lebih besar untuk tumbuh dan memberikan peluang bagi investor domestik dan global. Secara keseluruhan, pemotongan suku bunga oleh BI dan The Fed menciptakan momentum yang sangat baik bagi ekonomi Indonesia. Stabilitas neraca perdagangan, cadangan devisa yang kuat, serta peluang inflow modal dari pasar internasional memberikan landasan yang kokoh untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.