Halo Sobat Samuel, Fithra Faisal, ekonom senior dari Samuel Sekuritas, akan membahas apa yang terjadi dalam seminggu ke belakang dan memberikan proyeksi untuk minggu mendatang. Seperti yang sudah diduga sebelumnya, pekan lalu Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 6,25%. Melihat kondisi selama satu bulan terakhir, tekanan terhadap rupiah memang sudah tidak sebesar di bulan sebelumnya. Pada bulan lalu, kita menyaksikan BI terpaksa menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin. Namun, sepanjang bulan ini, tekanan tersebut berangsur-angsur mereda. Setelah pengumuman tersebut, rupiah tetap berada di level yang stabil, yang sebagian besar dipicu oleh pergerakan dolar indeks yang relatif flat, bahkan cenderung melemah. Namun demikian, ada peluang bahwa BI akan kembali menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin, entah itu di bulan Juni atau Juli. Kenapa demikian? Karena tekanan jangka menengah dan panjang, terutama berasal dari current account, menunjukkan tanda-tanda yang kurang menggembirakan. Kemarin, pengumuman current account menunjukkan defisit sebesar 2,16 miliar US Dollar atau sekitar -0,6% dari GDP. Ini adalah defisit yang keempat berturut-turut secara kuartalan, sesuai dengan prediksi kami sebelumnya. Sepanjang tahun ini, forecast defisit current account berada di sekitar -0,7%. Dengan tekanan pada rupiah yang mungkin akan bertambah di jangka menengah dan panjang, kami cukup yakin bahwa BI masih akan menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin di bulan Juni atau Juli mendatang. Salah satu penyebab utama defisit current account adalah penurunan surplus komoditas. Harga batu bara, misalnya, telah anjlok 46% year-on-year, dan harga nikel turun 36%. Kedua komoditas ini menyumbang masing-masing 16% dan 12% terhadap total ekspor. Hal ini menunjukkan bahwa kita mungkin berada di awal periode berakhirnya commodity supercycle. Dengan demikian, rupiah perlu dijaga dengan setidaknya menaikkan suku bunga lagi sebesar 25 basis poin. Bagaimana dengan market? Market masih bergerak flat pekan lalu, berada di level yang tidak tertekan namun juga tidak memiliki momentum yang kuat. Dalam pekan-pekan mendatang, kami memperkirakan pasar saham akan bergerak di rentang 7178 hingga 7270, meskipun ada potensi melemah hingga 7140. Namun, ada potensi lebih besar untuk menguat ke level 7270. Di pasar obligasi, pergerakan juga relatif flat dengan yield benchmark 10 tahun berada di antara 7,67 hingga 7,76. Momentum paling kuat ada pada tenor 1 tahun dan 3 tahun, sementara yang 10 tahun agak tertinggal. Kami merekomendasikan untuk mengoleksi obligasi dengan tenor kurang dari 10 tahun.
Itulah prediksi, forecast, dan evaluasi kami atas apa yang telah terjadi seminggu terakhir dan apa yang akan terjadi seminggu ke depan. Mudah-mudahan bermanfaat, dan selalu percayakan portofolio investasi Anda kepada kami di Samuel Sekuritas. Sampai jumpa minggu depan.